Sabtu, 01 Februari 2014

Buku Vs TV



BUKU Vs TV

Dulu buku merupakan sesuatu yang sangat berharga dan sangat dijaga keberadaannya.
Hanya sebagaian rakyat yang benar-benar mampu yang bisa memiliki buku.
Bahkan di era kerajaan, arsip berupa buku merupakan harta dari kerajaan dan disimpan dengan rapi di perpustakaan kerajaan.
Bila kita mengingat beberapa abad yang lalu, salah satu yang dihancurkan barat ketika menyerbu daerah lain adalah dengan menyerang perpustakaan dan membakar bukunya. Dengan harapan mereka menjadi bodoh, terbelakang dan mudah untuk dikendalikan dalam kekuasaan pemimpin baru.
Ingat ketika Cordoba di serang, disitu buku dan tulisan beberapa filsof Islam pun dibakar habis sampai tidak tersisa.
Memang di zaman dahulu, buku atau kumpulan tulisan merupakan salah satu hiburan yang mereka miliki, sehingga mereka menjadi suka dan bahkan rela untuk menjaga, memiliki dan membaca setiap buku yang ada.
Di zaman sekarang, Buku sudah bukan merupakan yang favorit. Tetapi buku menjadi momok bagi anak-anak sampai orang dewasa. Bahkan mereka membaca bukan karena kebutuhan tetapi dikarenakan kewajiban pada waktu di sekolah. Buku sudah bukan menjadi hiburan, tetapi hanya sebuah kewajiban untuk menyelasikan tugas sekolah dan sebagainya.
Kenapa hal ini bisa terjadi???
Yang paling sederhana jawabannya karena mereka sudah mempunyai hiburan yang lain dan sangat popular dan tidak perluh keluar rumah bahkan merogoh kocek. Hiburan itu bernama Televisi.
Hampir di setiap rumah di pelosok Indonesia sudah mempunyai Televisi, mulai dari yang kaya sampai yang miskin. Dengan disuguhi acara yang penuh sesak dan bervariasi membuat Televisi menjadi idola di masyarakat.
Pengelola TV sendiri berlomba-lomba membuat acara yang bagus dan live di waktu Prime time (18.00 -22.00 WIB) demi megejar Rating dan iklan yang banyak.
Apakah kita menyalakan acara TV?
Tidak sepenuhnya benar. Kita tidak mungkin bisa menghalangi pengelola TV untuk mengejar rating, tetapi minimal kita bisa menyaring dan membatasi anak cucu kita dalam menyaksikan TV.
Kenapa hal ini dilakukan, karena acara di TV tidak seluruhnya mengajak ke jalan yang positif tetapi ada juga yang mengarah ke hal yang negative. Dari sini peran orang tua dan keluarga akan menjadi penting dalam membatasi hal tersebut.
Berdasarkan pengamatan diatas maka, sudah selayaknya orang tua memberi contoh bahwa di jam malam yang waktunya belajar maka TV harus dimatikan, jadi anak belajar, orang tua ikut mengawasi. Jangan anak disuruh belajar malah ibu lihat sinetron.
Disiplin tinggi dan taat aturan akan membuat anak-anak bisa dan mau untuk belajar dan bahkan membaca.
Kembali ke buku. Fungsi buku sebagai hiburan juga harus diaktifkan.
Ketika anak dan orang tua menganggap buku sebagai hiburan maka kegiatan membaca dan memahami buku akan menjadi kegiatan yang menarik. Bukan begitu???
Disini yang diperlukan adalah formula untuk mengembalikan buku sebagai pusat pengetahuan dan hiburan.Sekarang  mari kita fikirkan bersama agar untuk kedepannya, generasi kita lebih suka membaca buku daripada menonton TV.
Ayo Jelajah Dunia Dengan Membaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar