Setelah mengajukan proposal bantuan buku ke Mbak Avivah Ve selaku perwakilan Diva press, dan tidak sampai satu bulan kami sudah menerima bantuan buku.
Bagi kami bantuan ini sangatlah berharga mengingat koleksi kami memang masih sangat sedikit.
bantuan ini minimal akan menjadi bagian dari Rubata Jomabang yang akan kami kelola dengan sepenuh Hati.
Program seperti ini memang sangat bermanfaat bagi kami, yang mana Rumah baca memang dari dana pribadi, sehingga dorongan semangat dari para donatur buku akan membuat kami menjadi lebih merasa diperhatikan. esensinya tidak hanya buku yang kami terima, tetapi sebuah pengakuan dan perhatian membuat kami ingin melangkah maju untuk berjuang dalam mengelola rumah baca ini.
Dorongan ini juga kami rasakan dari bantuan para sesepuh yang lebih dulu aktif di Rumah baca yang bersifat non profit tapi bermanfaat secara Global. rekan-rekan kami ini sangat membantu terhadap berdirinya lembaga ini, terutama RBGM Jombang. sedangkan dorongan melalui dunia maya juga diberikan oleh Griya Abukus dan RBB Lentera ilmu. semoga kami bisa berjuang seperti para sesepuh yang mengelola 3 rumah baca tersebut.
Kembali ke bantuan buku dari Diva Press, kami mengajukan ini juga tidak terlepas dari komunikasi dengan mbak Lia Nurida, salah satu penulis disana. semoga tulisannya semakin banyak dan semakin banyak penggemarnya.
Buat Diva Press sekali lagi trimakasih. semoga dengan bantuan ini Diva Press semakin maju dan berkembang. Amin.
Kunjungi kami di
RT.3 RW. 2 Dusun Ngrandu Desa Cangkringrandu kecamatan Perak
Kabupaten Jombang
dengan kode pos 61461. Nomor
telepon pengelola 085-635-634-53
email : www.ebakhtiar82@gmail.com // Facebook:
rubata jombang.
blog : www.rubata-jombang.blogspot.com.
RuBata adalah lembaga non profit yang didirikan dengan tujuan membangun budaya gemar membaca sejak dini. AYO JELAJAH DUNIA DENGAN MEMBACA
Kamis, 27 Februari 2014
Sabtu, 22 Februari 2014
PENDIDIKAN dan RUBATA
PENDIDIKAN
dan RUBATA
Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia. Negara dan Agama
menyebut bahwa pendidikan adalah hal yang wajib serta mutlak harus ada. Pendidikan
menjadi tolak ukur atas kemajuan suatu masyarakat/komunitas atau bangsa.
Di Agama dijelaskan bahwa Seseorang akan diangkat derajatnya
bilamana tingkat keimanan dan keilmuannya juga mumpuni. Melihat kenyataan ini
maka seharusnya orang yang beragama Islam berbondong-bondong untuk
berpendidikan melalui belajar untuk mendapat ilmu pengertahuan yang bermanfaat.
Di Negara, pendidikan menjadi prioritas, hal ini sudah
tercantum di salah satu pasal UUD 1945. Belum lagi sekarang, pendidikan
mendapat perhatian lebih dengan anggaran yang luar biasa besar.
Dengan kondisi diatas maka seharusnya rakyat Indonesia pasti
berpendidikan dan pasti menjadi orang yang cinta ilmu. Tetapi kenyataannya
berbeda??
Pernah ada penelitian dari lembaga bisnis, bahwa di era
manapun dan kondisi krisi ataupun tidak, terdapat tiga bisnis yang
menguntungkan tidak berefek meskipun ekonomi dunia tidak stabil. Tiga bisnis
ini adalah Pendidikan, Kesehatan dan Kuliner.
Setelah saya amati ternyata memang benar. Hari ini pendidikan
adalah bisnis yang menggiurkan, bahkan sangat menguntungkan. Apakah itu boleh? Bagi
saya itu wajar dalam koridor-koridor tertentu.
Saya sendiri termasuk yang pernah berbisnis di dunia
pendidikan, kami mempunyai cita-cita idealis untuk ikut mencerdasakan bangsa
dengan mengedepankan profesionalitas dan tidak mengejar keuntungan semata
dengan mendirikan bimbingan belajar. Seiring berjalan waktu perkembangannya
juga lumayan, serta pada akhirnya saya dan istri sibuk dengan adanya karunia
luar biasa dengan lahirnya anggota keluarga baru kami sehingga kami menyudahi
kegiatan bimbingan tepat setelah mereka selesai ujian UNAS.
Pada saat vakum ini, kami teringat dari pesan salah satu
teman bahwa idealnya pendidikan dan kesehatan itu jangan
dibisniskan tapi diberikan Cuma-Cuma sebagai bagian kegiatan sosial. Pendidikan
dan kesehatan itu harus selalu di nomer satukan. Karena dengan pendidikan akan
membentuk mainstream/ pola pikir masyarakat. Untuk memerangi kemiskinan di
negara ini kita harus kalahkan kebodohan. Untuk itu harus ada dukungan dari
seluruh pihak tanpa embel-embel apapun untuk mencapainya. Perlu dipahami bahwa
negara maju bukanlah negara yang penduduknya bisa bawa mobil semua, tetapi
penduduknya yang melek terhadap pendidikan dan mengutamakan pendidikan daripada
kepentingan yang lain.
Hal tersebut yang perlu kita pikirkan bersama sehingga
pendidikan menjadi suatu khittoh dalam memerangi kemiskinan dan menjadikan
negara kita menjadi negara maju. Pendidikan yang tidak mengenal strata ekonomi
dan golongan ataupun etnis tertentu, karena pendidikan adalah hak semua.
Bagi penulis pembangunan fisik jika tidak selaras dengan
pembangunan SDM maka akan menjadi Sia-Sia.
Jika kita melihat sejarah Jepang setelah dihadiahi Bom oleh
Sekutu di Nagasaki dan Hiroshima mereka tetap bisa bangkit dan bahkan menguasai
dunia. Bahkan Amerika yang dulu menjadi lawan perang di PD II sekarang menjadi
negara yang dikuasai oleh Jepang. Secara tidak langsung Jepang telah menguasai
Amerika dengan banjirnya produk mereka di negara Tersebut.
Kuncinya hanya satu. Ketika mereka terpuruk di kondisi yang
sangat mengenaskan, mereka langsung mengadakan analisa dan akhirnya mereka
mendahulukan pembangunan SDM dengan pendidikan dan hasilnya sekarang sudah
terlihat. Mereka mampu menjadi salah satu negara maju di Dunia.
Bagaimana dengan Indonesia?? silakan dilihat, dianalisis dan
diambil kesimpulan sendiri.
Akhirnya setelah berdiskusi panjang lebar tentang hal
tersebut, Penulis dan istri ingin sedikit mempunyai peran dalam membantu
mencerdaskan anak sekitar melalui pendidikan. Akhirnya kami dirikan Rumah Baca
Kita (RUBATA) yang bercita-cita membantu anak sekitar dalam pendidikan.
Perjuangan ini akan menjadi salah satu sumbangsih kami demi
negara ini. Meskipun banyak rintangan dan cibiran yang menganggap bahwa
kegiatan ini tidak efektif, tidak ada untungnya dan sebagainya. Bahkan ada yang
bertanya kenapa meyibukkan diri dengan sesuatu yang gratis dan lebih baik
digunakan untuk kerja yang menghasilkan dana dll.
Tapi bagi kami tidak masalah.
Terkadang untuk kesenangan memang tidak bisa diukur dengan
biaya yang dikeluarkan. Sama ketika kita ingin berekreasi ke suatu tempat yang
jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi kita tetap
melaksanakannya. Bagi kami ini adalah
Rekreasi kami, kesenangan kami dan hiburan bagi kami.
Semoga kami Istiqomah
dalam memperjuangkan ini.
Selasa, 18 Februari 2014
AKTIVITAS ANAK ABG DI RUBATA
Anak SD/MI dianggap sebagai anak yang masih kecil dan masih bau kencur.
tapi itu dulu, anak-anak SD sekarang sudah pegang HP berani janjian, sms cari kenalan dan sebagainya.
di kami Rubata pada waktu habis magrib biasanya ada beberapa anak yang sudah kelas 7 SMP. anak se-umuran gini maunya sudah disebut ABG/remaja. mereka tidak mau disebut anak-anak.
Mereka main ke Rubata untuk mengerjakan PR dan sebagainya. setiap datang mereka selalu rame dan saling berbicara satu sama lain. seperti biasa mereka beda kelas dan beda sekolah sehingga PRnya juga tidak sama. belum lagi memang kemampuan setiap anak yg juga tidak sama, sehingga kadang perlu ekstra untuk menjelaskan dan memahamkan dengan kemampuan tutor yang seadanya. akan tetapi ada yang pintar sehingga dengan sekali kode dan penjelasan langsung paham.
tetapi yang menggelikan pada waktu mendampingi mereka adalah ada satu hal yang sama yaitu mainan HP. dalam 2 jam belajar di Rubata mereka main HP bisa 1 jam sendiri. bisa sms an, ditelepon dsb. Yang dibicarakan juga mengenai cowok (maklum semua yang hadir cewek). ada yang gini-gitu, cakep, suka neror dsb.
Klo dulu kita setingkat SMP masih belm brani pacaran. La sekarang, mereka sudah berani pacaran, janjian sampai disempatkan tebar pesona ke sekolah lain. Memang adanya HP merubah segalanya, mulai bisa untuk akses pacaran dan juga facebookan yang tujuannya juga tebar pesona.
Untung saja mereka belum dibelikan laptop. coba klo mereka ada laptop dan dibawa ke Rubata pasti datang bukan untuk belajar tapi untuk Facebookan saja (Rubata ada fasilitas wifi).
Pengelola aja yang sering sambil internetan di Rubata pakai laptop sering membuat mereka ingin pinjam.
Selain itu bila membaca mereka tidak memilih buku ilmu pengetahuan tetapi memilih buku untuk mencari pepatah kata/ kata-kata inspiratif yang bisa untuk digunakan dan di sms kan untuk tebar pesona ke teman-temannya atau sekedar di upload di wall Facebooknya.
Meskipun demikian kami selalu menasehati bahwa sisi positif dari adanya hp dan internet harus dimaksimalkan bukan hanya untuk pacaran ataupun tebar pesona. Teknologi harus bermanfaat, bersahabat dan memberikan kebaikan bagi pemiliknya.
Semoga kedepan aktivitas anak ABG di Rubata bisa lebih baik dan mencerdaskan.
AYO JELAJAH DUNIA DENGAN MEMBACA.
tapi itu dulu, anak-anak SD sekarang sudah pegang HP berani janjian, sms cari kenalan dan sebagainya.
di kami Rubata pada waktu habis magrib biasanya ada beberapa anak yang sudah kelas 7 SMP. anak se-umuran gini maunya sudah disebut ABG/remaja. mereka tidak mau disebut anak-anak.
Mereka main ke Rubata untuk mengerjakan PR dan sebagainya. setiap datang mereka selalu rame dan saling berbicara satu sama lain. seperti biasa mereka beda kelas dan beda sekolah sehingga PRnya juga tidak sama. belum lagi memang kemampuan setiap anak yg juga tidak sama, sehingga kadang perlu ekstra untuk menjelaskan dan memahamkan dengan kemampuan tutor yang seadanya. akan tetapi ada yang pintar sehingga dengan sekali kode dan penjelasan langsung paham.
tetapi yang menggelikan pada waktu mendampingi mereka adalah ada satu hal yang sama yaitu mainan HP. dalam 2 jam belajar di Rubata mereka main HP bisa 1 jam sendiri. bisa sms an, ditelepon dsb. Yang dibicarakan juga mengenai cowok (maklum semua yang hadir cewek). ada yang gini-gitu, cakep, suka neror dsb.
Klo dulu kita setingkat SMP masih belm brani pacaran. La sekarang, mereka sudah berani pacaran, janjian sampai disempatkan tebar pesona ke sekolah lain. Memang adanya HP merubah segalanya, mulai bisa untuk akses pacaran dan juga facebookan yang tujuannya juga tebar pesona.
Untung saja mereka belum dibelikan laptop. coba klo mereka ada laptop dan dibawa ke Rubata pasti datang bukan untuk belajar tapi untuk Facebookan saja (Rubata ada fasilitas wifi).
Pengelola aja yang sering sambil internetan di Rubata pakai laptop sering membuat mereka ingin pinjam.
Selain itu bila membaca mereka tidak memilih buku ilmu pengetahuan tetapi memilih buku untuk mencari pepatah kata/ kata-kata inspiratif yang bisa untuk digunakan dan di sms kan untuk tebar pesona ke teman-temannya atau sekedar di upload di wall Facebooknya.
Meskipun demikian kami selalu menasehati bahwa sisi positif dari adanya hp dan internet harus dimaksimalkan bukan hanya untuk pacaran ataupun tebar pesona. Teknologi harus bermanfaat, bersahabat dan memberikan kebaikan bagi pemiliknya.
Semoga kedepan aktivitas anak ABG di Rubata bisa lebih baik dan mencerdaskan.
AYO JELAJAH DUNIA DENGAN MEMBACA.
Rabu, 12 Februari 2014
sekilas tentan RUBATA
Berawal dari
keprihatinan melihat anak – anak kecil dilingkungan sekitar kami yang nyaris
tidak pernah membaca buku di luar buku sekolah.
Rata-rata orang tua mereka bertani dan hidup serba kekurangan serta kurangnya
perhatian orang tua dalam hal pendidikan. Mereka memilih bermain game dan
permainan lain yang kurang mendidik bagi anak,bahkan kegiatan ini bisa
sampai menghabiskan waktu setiap harinya. Dari kasus ini, maka kami
berinisiatif untuk mengumpulkan buku bacaan anak – anak dan remaja yang
kemudian kami sajikan secara sederhana dan kreatif.
Untuk itu kami
membuat Rubata (Rumah Baca Kita) yang bersifat gratis bagi kita semua. Disini
semua anak bisa membaca, menulis dan berkarya. Selain itu kita menyelingi
dengan kegiatan Belajar pelajaran sekolah serta aktivitas yang kreatif dan
inspiratif.
Rubata
merupakan tempat di mana mereka yang datang merasakan kenyamanan untuk membaca
buku, majalah dan sebagainya sehingga wawasan mereka akan lebih berkembang.
Sekaligus diadakan kegiatan agar anak – anak memiliki kesempatan menuangkan
ekspresi dan kreasi dalam bentuk kegiatan pendidikan non formal namun tetap
bebas dan ceria. Tempat ini diharapkan akan memberikan kesempatan bagi
anak-anak di kalangan umum, khususnya mereka yang tidak mampu secara finansial.
RuBaTa (Rumah Baca Kita) ini didirikan bermula
dari kecintaannya kami pada buku & kegiatan membaca, bahkan setiap bulan
harus ada alokasi untuk refreshing berupa pembelian buku baru. Di sela-sela
aktifitas kami sekeluarga pada Nopember 2011 kami sekeluarga berbagi ilmu
kepada anak-anak dilingkungan tempat tinggal kami dengan mengadakan pembimbingan
belajar bahasa inggris. Seiiring berjalan waktu dengan adanya tambahan
aktivitas maka kegiatan tersebut berhenti.
Atas kesepakatan
kami sekeluarga dalam melihat perkembangan anak di sekitar rumah dan studi
banding ke Rumah Baca di Jombang, maka pada bulan Januari 2014 kami bertekad
dan meresmikan pendirian RuBaTa di sebuah ruang tidak terpakai di halaman depan
rumah kami. Tempat berukuran 4x8 meter ini selanjutnya dijadikan sebagai basecamp RuBaTa.
RuBaTa, selain tempat untuk membaca secara gratis
tetapi juga menghadirkan konsep agar anak bisa berinteraksi satu dengan yang
lain dalam lingkungan yang kreatif, inspiratif dan mengedapankan kejujuran
sehingga anak-anak yang tergabung disini merasa nyaman dan gemar membaca
sebagai alat untuk mengenal dan menjelajah dunia. Disini kami pengurus juga
mengisi kegiatan mereka dengan kegiatan rutin untuk pendampingan belajar dan
pelatihan kreatif serta kepemimpinan sehingga mereka bisa lebih mengekspresikan
apa yang menjadi cita-citanya.
Rubata berlokasi di
RT.3 RW. 2 Dusun Ngrandu Desa Cangkringrandu kecamatan Perak Kabupaten Jombang dengan kode pos 61461.
Nomor telepon pengelola 085-635-634-53 email : www.ebakhtiar82@gmail.com
// Facebook: rubata jombang. blog : www.rubata-jombang.blogspot.com.
Dengan Kondisi
bangunan permanen, milik pribadi, terdiri atas ruang perpustakaan dan baca
seluas 32 M2. Didalam ruangan terdiri dari 1 rak buku besar dan 3
rak buku berdiri yang kecil serta 10 kursi duduk. Untuk koleksi buku termasuk
masih sedikit karena terdiri dari novel remaja 30 buah, buku anak-anak 30 buah,
buku umum 20 buah, buku pelajaran 20 buah dan 30 buah majalah. Buku untuk
remaja dan anak-anak ditata terpisah sehingga memudahkan dalam pencariaannya.
Dengan adanya Rubata ini, diharapkan dapat
memberikan sarana belajar murah dan mudah dan meningkatkan minat baca anak –
anak, remaja, dan masyarakat setempat, antara lain Pelajar (PAUD, TK, SD, SMP,
SMA) dan Masyarakat Umum, tanpa memikirkan perbedaan status sosial , laki- laki
dan perempuan. Terutama kaum duafa dengan mengusung Motto: Ayo Jelajah Dunia
dengan Membaca.
Minggu, 09 Februari 2014
DiSini di Rubata
Disini di ruangan kecil ini kami selalu bermain, belajar, membaca dan bergembira.
Disini kami bersemangat dalam mengisi waktu sore dan malam hari.
Disini kita bercanda dan bermain dengan suka-suka.
Disini juga kita belajar membaca sedikit demi sedikit.
Disini bagi kami tempat untuk belajar mengelola
Disini kami belajar untuk mendampingi anak untuk membaca.
Disini kami belajar untuk mengabdi dan melayani.
Disini kami berusaha untuk meraih cita dan jati diri.
Kedepan...masa akan datang...
Disini kami akan berusaha menjadi tempat untuk berkreasi
Disini akan menjadi tempat untuk belajar Mandiri
Disini anak-anak akan dididik agar menjadi percaya diri
Disini mereka akan menjadi lebih berarti.
Disini kami bersemangat dalam mengisi waktu sore dan malam hari.
Disini kita bercanda dan bermain dengan suka-suka.
Disini juga kita belajar membaca sedikit demi sedikit.
Disini bagi kami tempat untuk belajar mengelola
Disini kami belajar untuk mendampingi anak untuk membaca.
Disini kami belajar untuk mengabdi dan melayani.
Disini kami berusaha untuk meraih cita dan jati diri.
Kedepan...masa akan datang...
Disini kami akan berusaha menjadi tempat untuk berkreasi
Disini akan menjadi tempat untuk belajar Mandiri
Disini anak-anak akan dididik agar menjadi percaya diri
Disini mereka akan menjadi lebih berarti.
Jumat, 07 Februari 2014
istiqomah
pengelola akan selalu berusaha istiqomah untuk mengelola RUBATA agar lebih disukai oleh anak-anak.
Setiap sore pasti ada yang datang.
Tetapi untuk malam terkadang sepi sekali dikarenakan Hujan.
Akhirnya setelah 2 malam sepi karena hujan. Kamis malam ramai dengan anak-anak SD/MI kelas 6 dan anak SMP kelas 7.
meminta pendampingan belajar B. Inggris dan kebetulan juga ada tugas dari sekolah.
Alhamdulillah kegiatan berjalan baik sampai jam 19.50 WIB, karena kamis juga ada acara yasinan yang diikuti oleh pengelola sehingga kita tutup lebih awal 10 menit.
Jum'at Malem, akhirnya beberapa anak kelas 5,6 dan 7 juga hadir lagi. sedikit jumlah tidak menjadi masalah yang penting nyaman dan bisa istiqomah.
Jadi kegiatan pendampingan belajar yang rencananya hari Rabu dan Jum'at berubah menjadi setiap hari, asalkan pas pengelola tidak ada kesibukan yang lain.
Semoga kami bisa selalu Istiqomah.
Setiap sore pasti ada yang datang.
Tetapi untuk malam terkadang sepi sekali dikarenakan Hujan.
Akhirnya setelah 2 malam sepi karena hujan. Kamis malam ramai dengan anak-anak SD/MI kelas 6 dan anak SMP kelas 7.
meminta pendampingan belajar B. Inggris dan kebetulan juga ada tugas dari sekolah.
Alhamdulillah kegiatan berjalan baik sampai jam 19.50 WIB, karena kamis juga ada acara yasinan yang diikuti oleh pengelola sehingga kita tutup lebih awal 10 menit.
Jum'at Malem, akhirnya beberapa anak kelas 5,6 dan 7 juga hadir lagi. sedikit jumlah tidak menjadi masalah yang penting nyaman dan bisa istiqomah.
Jadi kegiatan pendampingan belajar yang rencananya hari Rabu dan Jum'at berubah menjadi setiap hari, asalkan pas pengelola tidak ada kesibukan yang lain.
Semoga kami bisa selalu Istiqomah.
Selasa, 04 Februari 2014
Belajar Membaca atau Membaca untuk Belajar
Salah satu kebutuhan manusia saat ini adalah pendidikan. Tanpa pendidikan manusia akan tidak dipandang. Bahkan pendidikan merupakan bagian dari gaya hidup.
Semakin elit sekolah maka semakin keren orang tersebut. begitu pula Semakin banyak gelar yang didapat maka dia semakin bergaya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut lagi melanda para manusia di negeri Indonesia ini.
Pendidikan tidak dilihat dari ruh nya yaitu untuk membentuk manusia yang pintar dan dewasa melalui proses yang panjang serta mampu memahami ilmu dengan hati. Tapi yang terjadi saat ini hanyalah mengejar Gelar yang terkadang dengan cara yang cepat dan tanpa proses yang panjang. Apakah salah? tidak ada yang salah bagi mereka.
Tetapi alangkah indahnya jika kita bisa ikut menjadi bagian dari pemikiran dan gerakan untuk menghasilkan Generasi yang cerdas melalui proses dan mencintai ilmu serta menghayatinya dengan jenjang yang tinggi bahkan setinggi mungkin.
Jika hal ini bisa terpenuhi maka Pendidikan memang benar-benar menjadi bagian Menuntut Ilmu dan Insya-Alloh bagi pencarinya akan diangkat derajatnya.
Kemudian mengenai Membaca, dimana hal ini juga diperintahkan di Islam melalui ayat pertama yang turun ke muka bumi. Yang terjadi saat ini mereka, para anak-anak membaca karena belajar/ tuntutan PR dari sekolah. Bukan belajar membaca untuk menjadi kebiasaan.
yang kami inginkan disini, anak-anak bisa belajar membaca (bukan berarti belum bisa membaca), yaitu belajar membaca buku karena kecintaan terhadap membaca bukan karena kewajiban tugas dan sebagainya.
Maka dari itu kita selalu melakukan promosi dan suri tauladan bahwa mereka akan menjadi hebat, inspiratif, kreatif dan percaya diri dengan membaca.
Sosialisasi ini terus kita sampaikan secara perlahan-lahan kepada mereka yang mau datang di RUBATA.
Belajar membaca atau Mati!! (mati karena otak yang jarang mendapat asupan nilai-nilai yang bergizi.).
Trimaksih.
Semakin elit sekolah maka semakin keren orang tersebut. begitu pula Semakin banyak gelar yang didapat maka dia semakin bergaya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut lagi melanda para manusia di negeri Indonesia ini.
Pendidikan tidak dilihat dari ruh nya yaitu untuk membentuk manusia yang pintar dan dewasa melalui proses yang panjang serta mampu memahami ilmu dengan hati. Tapi yang terjadi saat ini hanyalah mengejar Gelar yang terkadang dengan cara yang cepat dan tanpa proses yang panjang. Apakah salah? tidak ada yang salah bagi mereka.
Tetapi alangkah indahnya jika kita bisa ikut menjadi bagian dari pemikiran dan gerakan untuk menghasilkan Generasi yang cerdas melalui proses dan mencintai ilmu serta menghayatinya dengan jenjang yang tinggi bahkan setinggi mungkin.
Jika hal ini bisa terpenuhi maka Pendidikan memang benar-benar menjadi bagian Menuntut Ilmu dan Insya-Alloh bagi pencarinya akan diangkat derajatnya.
Kemudian mengenai Membaca, dimana hal ini juga diperintahkan di Islam melalui ayat pertama yang turun ke muka bumi. Yang terjadi saat ini mereka, para anak-anak membaca karena belajar/ tuntutan PR dari sekolah. Bukan belajar membaca untuk menjadi kebiasaan.
yang kami inginkan disini, anak-anak bisa belajar membaca (bukan berarti belum bisa membaca), yaitu belajar membaca buku karena kecintaan terhadap membaca bukan karena kewajiban tugas dan sebagainya.
Maka dari itu kita selalu melakukan promosi dan suri tauladan bahwa mereka akan menjadi hebat, inspiratif, kreatif dan percaya diri dengan membaca.
Sosialisasi ini terus kita sampaikan secara perlahan-lahan kepada mereka yang mau datang di RUBATA.
Belajar membaca atau Mati!! (mati karena otak yang jarang mendapat asupan nilai-nilai yang bergizi.).
Trimaksih.
DONASI
Karena adanya beberapa pertanyaan dari beberapa kawan mengenai cara menyumbang buku atau donasi yg lain.
maka bagi siapa saja yang ingin berbagi di RuBata..
bisa menghubungi Ewilda Bakhtiar (08563563453) atau Elok Wardaniyah (085646334047).
Atas kerjasama dan dukungannya kami sampaikan trimakasih.
maka bagi siapa saja yang ingin berbagi di RuBata..
bisa menghubungi Ewilda Bakhtiar (08563563453) atau Elok Wardaniyah (085646334047).
Atas kerjasama dan dukungannya kami sampaikan trimakasih.
Sabtu, 01 Februari 2014
Buku Vs TV
BUKU
Vs TV
Dulu
buku merupakan sesuatu yang sangat berharga dan sangat dijaga keberadaannya.
Hanya
sebagaian rakyat yang benar-benar mampu yang bisa memiliki buku.
Bahkan
di era kerajaan, arsip berupa buku merupakan harta dari kerajaan dan disimpan dengan
rapi di perpustakaan kerajaan.
Bila
kita mengingat beberapa abad yang lalu, salah satu yang dihancurkan barat
ketika menyerbu daerah lain adalah dengan menyerang perpustakaan dan membakar
bukunya. Dengan harapan mereka menjadi bodoh, terbelakang dan mudah untuk
dikendalikan dalam kekuasaan pemimpin baru.
Ingat
ketika Cordoba di serang, disitu buku dan tulisan beberapa filsof Islam pun
dibakar habis sampai tidak tersisa.
Memang
di zaman dahulu, buku atau kumpulan tulisan merupakan salah satu hiburan yang
mereka miliki, sehingga mereka menjadi suka dan bahkan rela untuk menjaga,
memiliki dan membaca setiap buku yang ada.
Di
zaman sekarang, Buku sudah bukan merupakan yang favorit. Tetapi buku menjadi
momok bagi anak-anak sampai orang dewasa. Bahkan mereka membaca bukan karena
kebutuhan tetapi dikarenakan kewajiban pada waktu di sekolah. Buku sudah bukan
menjadi hiburan, tetapi hanya sebuah kewajiban untuk menyelasikan tugas sekolah
dan sebagainya.
Kenapa
hal ini bisa terjadi???
Yang
paling sederhana jawabannya karena mereka sudah mempunyai hiburan yang lain dan
sangat popular dan tidak perluh keluar rumah bahkan merogoh kocek. Hiburan itu
bernama Televisi.
Hampir
di setiap rumah di pelosok Indonesia sudah mempunyai Televisi, mulai dari yang
kaya sampai yang miskin. Dengan disuguhi acara yang penuh sesak dan bervariasi
membuat Televisi menjadi idola di masyarakat.
Pengelola
TV sendiri berlomba-lomba membuat acara yang bagus dan live di waktu Prime time
(18.00 -22.00 WIB) demi megejar Rating dan iklan yang banyak.
Apakah
kita menyalakan acara TV?
Tidak
sepenuhnya benar. Kita tidak mungkin bisa menghalangi pengelola TV untuk
mengejar rating, tetapi minimal kita bisa menyaring dan membatasi anak cucu
kita dalam menyaksikan TV.
Kenapa
hal ini dilakukan, karena acara di TV tidak seluruhnya mengajak ke jalan yang
positif tetapi ada juga yang mengarah ke hal yang negative. Dari sini peran
orang tua dan keluarga akan menjadi penting dalam membatasi hal tersebut.
Berdasarkan
pengamatan diatas maka, sudah selayaknya orang tua memberi contoh bahwa di jam
malam yang waktunya belajar maka TV harus dimatikan, jadi anak belajar, orang
tua ikut mengawasi. Jangan anak disuruh belajar malah ibu lihat sinetron.
Disiplin
tinggi dan taat aturan akan membuat anak-anak bisa dan mau untuk belajar dan
bahkan membaca.
Kembali
ke buku. Fungsi buku sebagai hiburan juga harus diaktifkan.
Ketika
anak dan orang tua menganggap buku sebagai hiburan maka kegiatan membaca dan
memahami buku akan menjadi kegiatan yang menarik. Bukan begitu???
Disini
yang diperlukan adalah formula untuk mengembalikan buku sebagai pusat
pengetahuan dan hiburan.Sekarang mari
kita fikirkan bersama agar untuk kedepannya, generasi kita lebih suka membaca
buku daripada menonton TV.
Ayo
Jelajah Dunia Dengan Membaca.
Langganan:
Postingan (Atom)