Sabtu, 22 Februari 2014

PENDIDIKAN dan RUBATA



PENDIDIKAN dan RUBATA
Pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia. Negara dan Agama menyebut bahwa pendidikan adalah hal yang wajib serta mutlak harus ada. Pendidikan menjadi tolak ukur atas kemajuan suatu masyarakat/komunitas atau bangsa.
Di Agama dijelaskan bahwa Seseorang akan diangkat derajatnya bilamana tingkat keimanan dan keilmuannya juga mumpuni. Melihat kenyataan ini maka seharusnya orang yang beragama Islam berbondong-bondong untuk berpendidikan melalui belajar untuk mendapat ilmu pengertahuan yang bermanfaat.
Di Negara, pendidikan menjadi prioritas, hal ini sudah tercantum di salah satu pasal UUD 1945. Belum lagi sekarang, pendidikan mendapat perhatian lebih dengan anggaran yang luar biasa besar.
Dengan kondisi diatas maka seharusnya rakyat Indonesia pasti berpendidikan dan pasti menjadi orang yang cinta ilmu. Tetapi kenyataannya berbeda??
Pernah ada penelitian dari lembaga bisnis, bahwa di era manapun dan kondisi krisi ataupun tidak, terdapat tiga bisnis yang menguntungkan tidak berefek meskipun ekonomi dunia tidak stabil. Tiga bisnis ini adalah Pendidikan, Kesehatan dan Kuliner.
Setelah saya amati ternyata memang benar. Hari ini pendidikan adalah bisnis yang menggiurkan, bahkan sangat menguntungkan. Apakah itu boleh? Bagi saya itu wajar dalam koridor-koridor tertentu.
Saya sendiri termasuk yang pernah berbisnis di dunia pendidikan, kami mempunyai cita-cita idealis untuk ikut mencerdasakan bangsa dengan mengedepankan profesionalitas dan tidak mengejar keuntungan semata dengan mendirikan bimbingan belajar. Seiring berjalan waktu perkembangannya juga lumayan, serta pada akhirnya saya dan istri sibuk dengan adanya karunia luar biasa dengan lahirnya anggota keluarga baru kami sehingga kami menyudahi kegiatan bimbingan tepat setelah mereka selesai ujian UNAS.
Pada saat vakum ini, kami teringat dari pesan salah satu teman bahwa idealnya pendidikan dan kesehatan itu jangan dibisniskan tapi diberikan Cuma-Cuma sebagai bagian kegiatan sosial. Pendidikan dan kesehatan itu harus selalu di nomer satukan. Karena dengan pendidikan akan membentuk mainstream/ pola pikir masyarakat. Untuk memerangi kemiskinan di negara ini kita harus kalahkan kebodohan. Untuk itu harus ada dukungan dari seluruh pihak tanpa embel-embel apapun untuk mencapainya. Perlu dipahami bahwa negara maju bukanlah negara yang penduduknya bisa bawa mobil semua, tetapi penduduknya yang melek terhadap pendidikan dan mengutamakan pendidikan daripada kepentingan yang lain.
Hal tersebut yang perlu kita pikirkan bersama sehingga pendidikan menjadi suatu khittoh dalam memerangi kemiskinan dan menjadikan negara kita menjadi negara maju. Pendidikan yang tidak mengenal strata ekonomi dan golongan ataupun etnis tertentu, karena pendidikan adalah hak semua.
Bagi penulis pembangunan fisik jika tidak selaras dengan pembangunan SDM maka akan menjadi Sia-Sia.
Jika kita melihat sejarah Jepang setelah dihadiahi Bom oleh Sekutu di Nagasaki dan Hiroshima mereka tetap bisa bangkit dan bahkan menguasai dunia. Bahkan Amerika yang dulu menjadi lawan perang di PD II sekarang menjadi negara yang dikuasai oleh Jepang. Secara tidak langsung Jepang telah menguasai Amerika dengan banjirnya produk mereka di negara Tersebut.
Kuncinya hanya satu. Ketika mereka terpuruk di kondisi yang sangat mengenaskan, mereka langsung mengadakan analisa dan akhirnya mereka mendahulukan pembangunan SDM dengan pendidikan dan hasilnya sekarang sudah terlihat. Mereka mampu menjadi salah satu negara maju di Dunia.
Bagaimana dengan Indonesia?? silakan dilihat, dianalisis dan diambil kesimpulan sendiri.
Akhirnya setelah berdiskusi panjang lebar tentang hal tersebut, Penulis dan istri ingin sedikit mempunyai peran dalam membantu mencerdaskan anak sekitar melalui pendidikan. Akhirnya kami dirikan Rumah Baca Kita (RUBATA) yang bercita-cita membantu anak sekitar dalam pendidikan.
Perjuangan ini akan menjadi salah satu sumbangsih kami demi negara ini. Meskipun banyak rintangan dan cibiran yang menganggap bahwa kegiatan ini tidak efektif, tidak ada untungnya dan sebagainya. Bahkan ada yang bertanya kenapa meyibukkan diri dengan sesuatu yang gratis dan lebih baik digunakan untuk kerja yang menghasilkan dana dll.
Tapi bagi kami tidak masalah.
Terkadang untuk kesenangan memang tidak bisa diukur dengan biaya yang dikeluarkan. Sama ketika kita ingin berekreasi ke suatu tempat yang jauh dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi kita tetap melaksanakannya.  Bagi kami ini adalah Rekreasi kami, kesenangan kami dan hiburan bagi kami.
Semoga kami Istiqomah dalam memperjuangkan ini.

                                                                     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar