Jumat, 24 Januari 2014

Mimpi Masa Kecilku



Memiliki sebuah perpustakaan pribadi adalah impian saya sejak kecil. Rak-rak artistik dengan buku aneka judul dan warna memenuhinya adalah bayangan saya tentang sebuah perpustakaan saya kelak. Tanpa target kapan terwujud, saua tetap menyimpan mimpi itu dalam hati dan pikiran. Pada setiap teman dekat (baik teman kos/atau teman kuliah, saya ceritakan mimpi saya ini dengan harapan banyak yang mendoakan dan mendukung terwujudnya mimpi itu, entah kapan.
Buku saya adalah harta saya yang paling berharga karena saya menjaga dan merawatnya dengan sepenuh hati. Setelah membeli buku saya langsung menyampulinya dengan sampul plastik dan mencatat tempat, tanggal dan tahun pembeliannya lalu membubuhkan tanda tangan saya di bawahnya(ini adalah bagian yang cukup menyenangkan selain membacanya).
Semasa masih lajang dan tinggal bersama ortu, buku-buku saya ada di atas bufet yang ada di kamar/ruang tamu karena tidak ruang kosong khusus untuk perpustakaan. Setelah menikah,alhamdulillah suami sudah memiliki rumah dengan 3 kamar, satu kamar untuk tempat tidur kami, satu kamar berisi komputer dan print untuk tempat kami mengerjakan tugas yang kami sebut sebagai kamar kerja dan 1 kamar lagi untuk tempat tidur anak kami kelak.Seiring bertambahnya koleksi buku saya,rak yang ada di musholla rumah tidak muat lagi menampungnya sehingga saya membeli rak buku sederhana yang modelnya sesuai selera saya dan harganya terjangkau kantong saya. Rak itu kemudian saya letakkan di ruang kerja dan saya pasang karpet di bawahnya agak bisa untuk selonjoran saat membaca.
Ada kebahagiaan tersendiri saat ada teman yang meminjam buku saya,senang rasanya bisa berbagi pengetahuan lewat buku dan kemudian terkadang mendiskusikan isinya.Tapi saya termasuk orang yang cerewet saat meminjamkan buku pada teman, ada syarat dan ketentuannya, yaitu: nggak boleh dilipat,nggak boleh sobek dan nggak boleh lecek.Buku yang saya miliki hampir semua masih seperti baru karena saya membuka lembar demi lembar dengan penuh hati-hati agar tidak lecek/sobek. Tidak ada dalam kamus saya, buku lecek tanda dibaca. Mungkin ini salah satu sebab saya masih berpikir lagi dan lagi untuk meminjamkannya pada siapa saja secara terbuka bagi yang menginginkan, meski keinginan itu kuat sekali.
Saat sharing dengan suami tentang bagaimana kita bisa menebar manfaat untuk orang lain sehingga dapat menjadi amal jariyah kita kelak, terlintas ide bagaimana kalo kita membuka perpustakaan gratis untuk anak-anak sekitar yang sering bermain di depan rumah kami. Lebih tepatnya taman bacaan sederhana untuk anak-anak supaya gemar membaca, karena kalau perpustakaan kesannya besar dan lengkap koleksinya.Suami langsung gerilya di dunia maya untuk mencari bagaimana mengawali membuka taman bacaan atau rumah baca dengan membuka blog2 milik rumah/taman baca yang sudah lebih dulu berdiri sementara saya memikirkan ide nama, konsep display dan detail-detail lainnya.
La voila, dalam semalam ide rumah/taman baca ini kian menjadi nyata,diskusi singkat untuk pemilihan nama,jadilah nama rumah baca kami RuBata (Rumah Baca Kita). Oh ya, soal tempatnya, kebetulan di depan rumah kami memiliki bangunan yang awalnya untuk les anak-anak SD-SMP, tapi karena masih ada space yang lumayan bisa dimanfaatkan, maka di situlah nanti RuBata akan kami dirikan.
Kemarin, 23 Januari 2014 kami mengunjungi RBGM (Rumah Baca Gang Masjid) yang letaknya di dekat masjid jami' alun-alun Jombang, sharing dengan mbak Yusnita yang sudah 2 tahun ini mengelola RBGM, banyak ilmu yang kami dapat dan insyaallah akan kami adopsi sedikit banyak dengan tujuan sama yaitu : membudayakan gemar membaca untuk anak Indonesia.
Bismillah....minggu depan, entah hari apa belum fix, akan kami adakan soft opening RuBata.
(oleh : Elok Wardania)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar